Cerita ini diawali dengan gerutu seorang pemuda (Darsono) tentang ayahnya (Pak Basiyo) yang kikir dan egois. Pemuda itu menilai sang ayah sebagai otoriter, terutama ia beranggapan sang ayah menghalangi niatnya untuk menikah. Pemuda yang merasa cukup umur ini beropini bahwa ayahnya, yang berstatus duda setelah berpulangnya sang ibu, masih punya hasrat untuk berpendamping lagi. Dengan kata lain, kendati memiliki anak lelaki yang telah cukup umur, si ayah tidak memikirkan masa depan anaknya dan menumpuk harta untuk kesenangan sendiri. Mendengar niatan anaknya bermaksud menikah, sang ayah bukannya memfasilitasi ataupun mendukung anaknya, niatan itu justru memacu hasratnya untuk kembali menikah. Adegan bapak dan anak itu diakhiri dengan pengusiran sang anak dari rumah orang tuanya setelah didahului dengan serangkaian adu mulut yang memancing gelak tawa.
Sepeninggal sang anak, duda lanjut usia itu kedatangan seorang gadis yang mengaku mencari pekerjaan. Gayung bersambut, pria yang tengah kesepian itu pun segera melancarkan rayuan gombal khas perdesaan dengan jurus-jurus spontanitas khas dagelan mataram yang kocak, segar dan inspiratif. Singkat cerita, rayuan maut itu menuai sukses ketika si gadis menyatakan bersedia disunting pria tua bangka itu, dengan syarat ia akan meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuanya. Maka pulanglah gadis itu diiringi pria tua yang hendak menjadi suaminya.
Pada adegan lain, pemuda yang diusir ayahnya kini terdampar pada pengembaraannya di sebuah rumah yang dihuni seorang janda paruh baya. Janda tua kesepian itu ditinggal pergi oleh anak gadis yang disebutnya ’susah diatur dan mau menang sendiri’. Menyikapi kedatangan seorang pemuda yang cukup umur dan berstatus jomblo, janda tua itu girang bukan kepalang. Pemuda yang sedianya hanya ingin menumpang duduk dan meminta setetes air itu ditawari sebuah pilihan: menjadi suami janda makmur yang kesepian. Maka jawabnya pun mudah ditebak, sang pemuda bersedia menjadi suami janda tua itu.
Perjalanan bocah gadis dan duda tua itu kini sampai dirumah. Sang ibu menyambut sekaligus berkenalan dengan calon menantunya. Adegan pertemuan yang jenaka dan mengaduk-aduk urat tawa kita itu semakin seru ketika pada saat yang sama ibu si gadis juga bermaksud memperkenalkan calon suami baru kepada anak gadisnya. Siapa lagi kalau bukan pemuda anak duda tua calon suami si gadis. Dunia serasa terbalik-balik. Duda tua yang diperankan Basiyo menyebutnya sebagai ’dadunge kepuntir-puntir’ alias tali yang terbelit-belit.
Dagelan lucu ini tak sekadar hiburan untuk menguras tawa kita. Kisah Dadung Kepuntir adalah sebuah piwulang (pelajaran) dan piweling (nasehat). Dadung Kepuntir menelanjangi karakter egois, kikir dan hedonis yang muncul di masyarakat. Tokoh janda dan duda adalah watak picik, tak mau mengalah dan berfikir pendek. Karakter otoriter itu akhirnya terkoreksi sendiri pada kala pertemuan antara kedua anak dan orangtua. Si janda dan duda akhirnya menyadari bahwa sebenarnya yang lebih layak untuk melangsungkan pernihakan adalah anak-anak mereka. Para orang tua itu malu dan bersepakat berbesan alias menikahkan anak-anak mereka. Kisah sederhana ini sepertinya tak masuk akal, namun menyisipkan sebuah pesan bagi kita untuk berempati, berfikir jauh ke depan dan mengikis egoisme. Sebuah pesan yang sangat bermanfaat untuk siapapun.
Monggo dipersilakan download MP3 file di :
Basiyo - Dadung Kepuntir
download dengan satu klik : Basiyo - Dadung Kepuntir
Monggo dipersilakan download MP3 file di :
Basiyo - Dadung Kepuntir
download dengan satu klik : Basiyo - Dadung Kepuntir
Posting Komentar